Kamis, 09 Oktober 2014

BAHASA DAERAH VS BAHASA GAUL (ALAY)



BAHASA DAERAH VS BAHASA GAUL (ALAY)
Oleh Gemmy Rozalia

Di era modern seperti sekarang ini, kita dapat melihat bahwa pengguna bahasa daerah sudah mulai memudar, terutama di kalangan remaja sudah mulai banyak yang meninggalkannya dan beralih ke bahasa gaul (alay) dalam berkomunikasi,  entah itu berkomunikasi dengan temannya, dengan orang lain bahkan dengan orangtuanya sendiri. Dapat kita temukan, hanya sedikit saja remaja yang masih mempertahankannya dan masih menggunakannya dalam berkomunikasi. Sehingga dikhawatirkan remaja sekarang tidak lagi mengerti bahasa daerahnya sendiri. Kebanyakan remaja saat ini menggunakan bahasa gaul (alay) sebagai proses komunikasi dengan teman- temannya.
Mereka lebih sering dan suka menggunakan bahasa gaul (alay) daripada menggunakan bahasa daerahnya sendiri dalam berkomunikasi sehari- hari. Hal ini mungkin karena mereka merasa malu, merasa ketinggalan jaman atau merasa tidak gaul (alay) jika mereka masih menggunakan bahasa daerahnya. Bahkan, tidak hanya remaja- remaja saja yang sekarang menggunakan bahasa gaul (alay), namun anak- anak Sekolah Dasar (SD) pun  sudah tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya dan mulai ikut- ikutan menggunakan bahasa gaul (alay) dalam berkomunikasi sehari- hari dengan teman- temannya.
Pengaruh memudarnya penggunaan bahasa daerah mungkin salah satunya yaitu pengaruh sinetron- sinetron yang sekarang ini sedang popular di kalangan remaja.  Dalam sinetron tersebut, kita dapat melihat bahwa penggunaan dialognya tidak menggunakan tata bahasa Indonesia yang baku dan malah menggunakan bahasa gaul (alay). Itulah yang membuat remaja dan anak- anak sekarang lebih suka dan sering menggunakan bahasa gaul (alay) dalam berkomunikasi, karena mereka sering menonton sinetron yang mereka sukai dan pastinya jika mereka menyukainya maka merekapun akan mengikuti atau menirunya. Sehingga tak jarang jika kita sering mendengar remaja dan anak- anak mengatakan, “OMG hello!!!!” atau juga kata “keleus”, dalam komunikasinya, dan masih banyak kata- kata lainnya. Bahkan tidak hanya untuk komunikasi secara lisan saja, bahasa gaul (alay) juga digunakan para remaja dalam sms ataupun status di facebook. Contoh bahasa alay yang sering di gunakan yaitu :
·   Gue : W, Wa, Q, Qu, Gw.
·   Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q.
·   Lo/kamu : U, Loe, Elo,
·   Aja : Ja, Ajj (Ajj bacanya apa ya?)
·   Banget : Bangedh, Beud, Beut (sekalian aja baut sama obeng)
·   Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz, Yuhuu, Ea.
·   Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo (bacanya apa coba tolong jelaskan)
·   Nggak : Gga, Gax, Gag, Gz
·   Hai : Ui (Apa Ui? Universitas Indonesia?)
·   Mengeluh : Hufft
Dan itulah sedikit contoh bahasa alay yang sering digunakan, namun masih banyak lagi kata- kata lainnya. Jika setiap hari remaja menggunakan bahasa gaul (alay) dalam berkomunikasi entah itu dalam lisan maupun tulisan, maka yang dikhawatirkan adalah remaja akan linglung jika mereka dihadapkan untuk mengerjakan soal- soal bahasa Indonesia yang mempunyai aturan baku tentang huruf besar dan kecil, tanda baca, dan lainnya. Dan mungkin mereka akan lupa bahasa daerah mereka sendiri.
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa keberadaan bahasa gaul (alay) malah dapat memperkaya kajian para ahli linguistik. “Bahasa Indonesia justru akan teruji dan berkembang sesuai zamannya, dengan adanya berbagai variasi bahasa di sekitarnya,” ujar sulaeman, yang tengah menyusun disertasi dengan fokus penggunaan bahasa gaul di berbagai situs jaringan sosial. Dan ada yang berpandapat bahwa penggunaan bahasa gaul (alay) tidak masalah selama penggunaanya itu dalam situasi atau tempat yang sesuai.  Misalnya dalam berkomunikasi dengan teman sebaya, kita menggunakan bahasa yang santai dan tidak perlu menggunakan bahasa yang resmi tetapi masih dalam batasan bahasa yang wajar. Namun, disisi lain ada juga yang berpendapat bahwa bahasa gaul (alay) akan mengancam dan merusak bahasa Indonesia. Bahasa alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi sekarang. Sehingga, keberadaan bahasa gaul (alay) tersebut terdapat dampak positif dan dampak negatifnya. Namun jika di lihat- lihat banyak dampak negatifnya, salah satunya yaitu, bahasa gaul (alay) dapat merusak tatanan bahasa Indonesia yang baku,  bahasa gaul (alay) menggeser keberadaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia, penggunaan bahasa gaul (alay) menjadikan remaja meninggalkan dan melupakan bahasa daerahnya. Dampak negatif  lainnya, bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Sekarang ini Perlu adanya kesadaran untuk menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi di kalangan remaja. Sebab, jika remaja terus menerus menggunakan bahasa gaul (alay) dalam berkomunikasi di khawatirkan mereka akan lupa akan bahasa daerahnya sendiri. Selain itu, perlu adanya peran orang terdekat misalnya orang tua kita untuk mengingatkan dan membiasakan agar kita selalu menggunakan bahasa daerah kita untuk berkomunikasi, yaitu dengan cara membiasakan berkomunikasi di rumah menggunakan bahasa daerah kita. Sehingga jika kita sudah terbiasa maka kemungkinan besar untuk melupakan bahasa daerah kita akan lebih sedikit.
Jika bahasa daerah kita yang beragam ini punah, yang akan rugi tentunya kita sendiri. Bangsa yang besar dari keberagaman suku, budaya, dan bahasa ini akan hilang keunikannya jika bahasa daerah yang kita miliki ini menghilang dari bumi Indonesia. Setuju jika bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan dan  setuju jika bahasa gaul (alay) digunakan untuk berkomunikasi dalam pergaulan remaja, asalkan masih dalam kaidah bahasa yang baik dan  tidak melupakan bahasa daerah kita sendiri. Banggalah dengan bahasa daerah kita masing- masing, karena dengan itu keindonesiaan kita akan nampak.